Sejarah TAPAK SUCI sebagai
sebuah aliran dan perguruan
pencak silat telah dimulai jauh
sebelum tahun 1963. Berawal dari
aliran pencak silat Banjaran yang
dikuasai oleh KH.Busyro Syuhada
(lahir tahun 1827), yang
bermukim di pesantren di
Binorong, Banjarnegara, Jawa
Tengah. KH.Busyro Syuhada
mempunyai murid diantaranya
yaitu; Achyat (H. Burhan), dan
M. Yasin (H. Abu Amar Syuhada)
. Murid lainnya yang pernah
belajar kepada KH.Busyro
Syuhada adalah Soedirman, yang
kelak berkiprah dalam dunia
milter dan dikenal sebagai
Panglima Besar Jenderal
Sudirman. KH. Abu Amar
Syuhada sendiri adalah murid
sekaligus teman seperjuangan KH.
Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah.
Tahun 1921, dua kakak-beradik
asal Kauman, Yogyakarta,
A.Dimyati (kakak) dan M.Wahib
(adik), belajar pencak kepada
KH.Busyro Syuhada, di
Banjarnegara. Aliran yang semula
berkembang di Banjarnegara,
kemudian pindah ke Kauman,
Yogyakarta, seiring dengan
perpindahan KH.Busyro Syuhada
dan H.Burhan ke kampung itu.
Perpindahan itu juga merupakan
akibat dari gerakan perlawanan
bersenjata yang dilakukan
KH.Busyro sehingga karenanya
beliau kerap menjadi sasaran
penangkapan yang dilakukan
rezim kolonial Belanda.
Selanjutnya, A.Dimyati dan
M.Wahib ditunjuk oleh
KH.Busyro untuk berkelana
(mengembara), masing-masing ke
arah barat dan ke arah timur
Pulau Jawa untuk adu kaweruh
(adu ilmu) dalam rangka
memperdalam ilmu beladiri dan
berdakwah. Setelah bertahun-
tahun berkelana, kemudian
keduanya kembali ke Kauman,
Yogyakarta.
Aliran ini kemudian berkembang
menjadi perguruan pencak di
Kauman, Yogyakarta. Pada tahun
1925, atas restu KH. Busyro
Syuhada, kedua kakak-beradik
A.Dimyati dan M.Wahib
mendirikan paguron (perguruan)
yang diberi nama Paguron
Cikauman (aliran Banjaran-
Kauman). Pada waktu didirikan,
telah digariskan dengan tegas
dasar yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh semua murid-
murid aliran Kauman-Banjaran,
yaitu: (1). Paguron Cikauman,
berlandaskan Al Islam dan berjiwa
ajaran KH.Ahmad Dahlan,
membina pencak silat yang
berwatak serta berkripadian
Indonesia, bersih dari sesat dan
sirik; (2) Mengabdikan
perguruan untuk perjuangan
agama serta bangsa dan negara;
(3) Sikap mental dan gerak
langkah anak murid harus
merupakan tindak-tanduk
Kesucian.
Paguron ini memiliki landasan
agama dan kebangsaan yang kuat,
dan menegaskan seluruh
pengikutnya untuk bebas dari
syirik (menyekutukan Allah) serta
mengabdikan perguruan untuk
perjuangan agama dan bangsa.
Perguruan Cikauman banyak
melahirkan pendekar-pendekar
yang tangguh, seperti misalnya
M.Djuraimi pada generasi
pertama. Dari Paguron Cikauman
ini pula kemudian lahir Paguron
Seranoman (Kauman sebelah
Utara), yang didirikan oleh M.
Syamsuddin, pada generasi ke-2.
Pada generasi ke-3, tampil
M.Zahid, pendekar yang dikenal
cemerlang akalnya. Generasi
berikutnya, tercatat Moh.Djamiat
Dalhar, yang tidak asing lagi di
dunia olahraga Indonesia sebagai
macan bola yang belum ada
tandingannya. Pada generasi ini
juga tampil Wasthon Sudjak dan
M.Bakir Odrus. Pada generasi
ke-5, Ibu Pertiwi mencatat nama
dua puluh orang murid Kauman di
bawah pimpinan KH.Burhan, yang
semuanya adalah anggota Laskar
Angkatan Perang Sabil (APS),
yang gugur sebagai kusuma
bangsa ketika perlawananan
senjata melawan Belanda di
belahan barat Yogyakarta. Kelak
untuk mewarisi jiwa patriotik itu,
TAPAK SUCI membentuk
kelompok inti yang terdiri dari 20
orang anggota, yang diberi nama
KOSEGU (Korps Serba Guna).
Untuk kali pertama KOSEGU
secara aktif membantu
penumpasan gerakan komunis di
sekitar tahun 60-an di
Yogyakarta.
Paguron Cikauman, yang
dilanjutkan dengan Perguruan
Seranoman, untuk selanjutnya
kemudian melahirkan Paguron
Kasegu, yang didirikan oleh
M.Barie Irsjad, pada generasi
ke-6. Sekalipun melahirkan
paguron-paguron yang namanya
berbeda, namun kesemua paguron
itu berakar pada aliran pencak
silat yang sama yaitu aliran
Kauman-Banjaran, disamping
kenyataan bahwa M.Barie Irsjad
(Paguron Kasegu) memang
berasal dari murid Seranoman,
dan juga memang sebagai murid
Cikauman.
Pada era Paguron Kasegu inilah,
atau tepatnya pada bulan
Janurari 1963, muncul gagasan
untuk merealisasikan rencana
mendirikan satu perguruan yang
melebur serta melanjutkan
paguron-paguron yang sealiran
itu, yaitu satu perguruan yang
berorientasi lebih luas, diorganisir
dengan AD & ART, dengan materi
latihan yang tersusun, teratur,
dan memakai seragam. Gagasan
ini disampaikan kepada Pendekar
M.Wahib yang kemudian
menyatakan bersedia untuk
menilai ilmu yang akan diajarkan.
Dengan dasar itulah, dan dengan
pengertian dan maksud agar ada
satu wadah yang menyatukan
sehingga tidak selalu melahirkan
paguron yang baru, Pendekar
Besar A.Dimyati dan M.Wahib
merestui bahwa Perguruan
TAPAK SUCI adalah sebagai
kelangsungan dari Paguron
Kauman yang didirikan pada
tahun 1925 dan berpusat di
Kauman,Yogyakarta. Pada tahun
1963, murid-murid dari masing-
masing paguron inilah yang bahu
membahu mempersiapkan
kelahiran TAPAK SUCI. Paguron
TAPAK SUCI merupakan adalah
amanat dari Pendekar-pendekar
Cikauman (Kauman-Banjaran)
kepada generasi penerus bangsa
untuk dipelihara, dibina, dan
dikembangkan dengan sebaik-
baiknya pada jalan kebenaran.
Untuk merealisasikan rencana
pendirian perguruan ini Pendekar
M. Wahib mengutus 3 orang
muridnya, yaitu: Ahmad Djakfar,
Slamet, dan M.Dalhar Suwardi.
Kemudian M. Syamsuddin
mengirim 2 orang muridnya yaitu
M.Zundar Wiesman dan Anis
Susanto. Sedangkan murid yang
berasal dari Kasegu antara lain
yaitu Drs. Irfan Hadjam, M.
Djakfal Kusuma, Sobri Ahmad,
dan M.Rustam. Keseluruhannya
ini merupakan murid-murid pada
generasi ketujuh, generasi yang
berperan ketika TAPAK SUCI
didirkan. Murid-murid generasi
ketujuh ini mulai berlatih tahun
1957, dengan pembinaan yang
dilakukan bersamaan dan
berkelanjutan. Maka berdasarkan
kenyataan-kenyataan itulah yang
akhirnya mengilhamkan gagasan
untuk merealisasikan perguruan
yang menyatukan murid-murid
dari ketiga perguruan, menjadi
perguruan yang lebih besar,
perguruan yang lebih kuat dan
terorganisir, yang tidak lagi
berorientasi kampung namun
menjadi gerakan yang mendunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar